Thursday, 30 June 2011

Audit, jangan tak audit!

Hari ni kursus yang memabukkan edisi kedua.
Oh, bukan lagi tentang jantung, tapi tentang law!
Ouh, blajar tentang akta dan peraturan sangat menyerabutkan. Tu pon baru 4 jam, dan highlight bahagian akta kesihatan jer. My respects to all lawyers out there... Wa caya sama lu, man...

OSHA 1994.
Occupational Safety and Health Act 1994. Di bawah pantauan Department of Occupational Safety and Health, Ministry of Human Resources.

Ada akta, adala auditnye.
Biasa dekat musim audit, kite semua dengan tergesa-gesa dan bersemangat akan memperelokkan segala yang tak elok, kang kene soal dengan auditer pulak. Belom dengan boss.

Banyak sungguh audit. Audit keselamatan dan kesihatan, audit 5S, audit MS ISO, audit bidan terjun kalo boss tetibe menjengulkan diri beliau.
Kalau audit yang ada due senang...boleh prepare. Tapi yang menjengul tetiba tu yang susah. Mau copot jantung.

[kredit]
Sibuk, memang sibuk dengan audit manusia.
Tapi diri kita, selalu tak audit diri sendiri? Muhasabah diri jalan? Err... mutabaah amal? (biasa kering kontang)
Baik la kite rajin audit diri sebelum kene audit di padang mahsyar nun. Kalau sekarang boleh ngelat-ngelat depan boss, tapi nanti masa tu, lidah dikunci, anggota badan dan amal yang jawab semua... Tak de la nak ngelat, nak bagi seribu alasan, dan dot dot dot... Ngeri, beb!

Tapi ade lagi auditer yang sangat setia, dan rajin mengaudit kite. Perasan? Toleh kanan, toleh kiri... Nampak???
Hoh, kalo nampak, tak lama dah tu...oho~
Ye, mereka lah auditer yang paling berjaya, malaikat Raqib dan Atid. Tak pernah penat dari mencatat amalan kita. Hua....

Kepada Inche Malaikat Atid, anda telah banyak berpenat lelah selama ni, mencatat dosa saya. Yang besar, yang kecil... Cukuplah sudah. Silela berehat mulai sekarang...
Wahai Inche Malaikat Raqib, telah lama tuan hamba menganggur. Ingin lah kiranya daku menyusahkan tuan hamba sahaja mulai sekarang... Inginlah daku menerima catatan amal dengan tangan kanan. Inginlah daku memberatkan timbangan mizanku itu...
Harapan hanya tinggal harapan, angan-angan hanya sekadar impian, seandainya tidak disertakan dengan usaha dan pengorbanan.

Ape lagi kengkawan, jom, fastabiqul khairaat...

Wednesday, 29 June 2011

'Dia' yang pertama, kedua, atau ketiga?

Was it me?
Is it still me?
Will it be the future me?
Or, you???

[kredit]
Pernah tak kita sembah Allah hanya sipi-sipi? Membuat sesuatu tanpa keyakinan? Atau paling koman adalah berhadapan denganNya tanpa membawa hati yang memang sedia lalai? Solat tanpa ruh, ibarat ayam patuk padi? Pernahkah kita merasa konpiden habis dengan kebaikan kecil yang kita lakukan, dan bila Allah uji sikit, pap, balik pi zaman jahiliyah balik?

Pernah tak kita ajak member kite tengok drama yang paling malatop di pasaran? Atau rekemen lagu-lagu popular artis yang terhot masa kini? Atau bertukar-tukar video klip yang baru di download dari internet?

Pernah tak kita ajak member pergi double date? Masuk panggung wayang atau tonton jom heboh atau mana-mana konset artis glemer supaya tak ketinggalan zaman? Atau ajak masuk pub, terai jer... Atau sua rokok sebatang pada kawan kita yang sangat kita sayangi? Atau, ajak anyam ketupat beramai-ramai?

Pernah tak kita?

Firman Allah dalam Surah Al-Hajj: 11-13,
Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi; maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata.
Dia menyeru kepada selain Allah sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bencana dan tidak (pula) memberi manfaat kepadanya. Itulah kesesatan yang jauh.
Dia menyeru kepada sesuatu yang (sebenarnya) bencananya lebih dekat daripada manfaatnya. Sungguh, itu seburuk-buruk penolong dan sejahat-jahat kawan.
Adakah kita termasuk 'dia' yang pertama, kedua atau ketiga?
Ada yang nak mengaku?
Selain saya...
Oh, Inche Pochong kelihatan mengangkat tocangnya...
Bravo, Inche Pochong, anda memang berani... Kerana anda memang mahu go stret and don belok-belok... Teruskan usaha Inche Pochong!
Kepada anda-anda yang lain, kalau nak mengaku sila la... direct saja kepada Allah.
Mengaku, dan bertaubat, seperti yang Inche Pochong lakukan.
Jangan tergolong dalam golongan yang rugi, sesat, atau sejahat-jahat kawan.
Its never too late. Saya sendiri pernah kecundang semasa mencuba, akan tetapi masih berusaha untuk mencuba.
Life is an endless process of mujahadah.
TT_TT
Semoga Allah lindungi kita semua dari hal-hal sedemikian.

-baru terjumpa ayat ni tadi, merasa seperti disekeh-sekeh. aku masih jahil-

Tuesday, 28 June 2011

Hah, tangguh keje lagi!

A great saying by ojiichan in Proposal Daisakusen yang sangat la melekat di hati sanubari pengarang jantung... (sorry, fusion of 3 languages in 1 sentence)

明日やろう,馬鹿やろう Ashita yarou, baka yarou
今度やろう,馬鹿やろう Kondo yarou, baka yarou
Meaning,
Sape yang tangguh keje ke besok adalah bodoh
Sape yang tangguh  keje ke lain kali adalah bodoh
Lebey kuang gitu la bunyi maksudnye. Please correct me if I'm wrong eh.
Self reflecting, memang terkena batang hidung sendiri.
Kalau tuhan jadikan ada 10 batang hidung, kompem semua terkene punye.

Suka sangat tangguh kerja, like tomorrow never die.
Memang la tomorrow never die, tapi kalau asik tangguh keje takut diri sendiri tu yang die sebab keje tak reti-reti nak siap.

Saidina Ali pernah berkata,
Waktu bagaikan pedang. Jika engkau tidak memotongnya, waktu akan memotongmu.

[kredit]
Uwaah... Ngerinya kalau betul-betul jadik macam tuh!
Hah, tangguh keje lagi!

-tengah tension proposal yang dah lama due tak tersiap lagi. huhu-

Monday, 27 June 2011

Journey of a thousand miles

A journey of a thousand miles
Always begins with a single step
As how the chinese wisdom goes

Some may run
Some may walk
Some may crawl
But some will remain at the starting line
Away in their fairyland

Everyone moves at their own pace
As the comfort of ease
At times alone
At times with flying geese
At times of storm
At times of breeze

In this great long journey
Some may perish
While others remain
As a group wither
In will come another

In order to sustain
The millah of Ibrahim
The spirit of Badr
The strength of Khandaq
The inspiration of Uhud
The glory of Khaibar

Regardless of the named
Regardless of the title
Let the hands be joined
To conquest the history
To battle the today
To persevere the tomorrow
Until final destination
The longed eternal rest

[kredit]
In this great, long journey of a thousand miles
May Allah bless


For the great masterpiece, please read mylittlepencil's 'Walau seribu batu' 
Sangat menyentuh hati, to me la, that is ^^

Friday, 24 June 2011

~ Barter of Sacred Gifts ~

Post ini adalah lanjutan post ~ the prologue yang telah dipost bulan lalu.

Actually, it's about the most unusual gift that I had ever received.
The Bible, bartered with Holy Quran.
Received from my Christian staff, and she wished for Al-Quran in return.
Smiling, she referred to it as a barter.
Well, I guess the barter of sacred gifts?

What surprised me most, is how excited she was upon seeing Al-Quran, since that was the first time she ever held Al-Quran in her life.
She read like there is no tomorrow. Flipping through the pages, searching for the ayat of Jesus. The excitement flickered in her dark, shiny eyes. Dancing along the phrases. Full of questions, full of wonders.
Going beyond the boundaries, is the last thing that I ever imagined of.


its time to get out of our comfort zone, to seek...
its time to get out of our small circle, in order to seek...
its time to go out to the other part of the world, as to continue seeking...


Dare we not?

分からない.
やって見よう!

あの人

あの人
知らなくても
顔を見えなくても
声を聞かなくても
いつもそこでいるはず

あの人
見てくれなくても
聞いてくれなくても
言いてくれなくても
いつもそこでいるはず

あの人
そこでいるけれども
なんか遠くかんじがする
いつもそこでいるはず

あの人
目の前にいなくても
永遠に会わなくても
そこでいつもいたから
その存在だけ
神様にありがたいです
[Waiting+For+Summer]
[kredit]

あの人が本当にそばにいるのかな



Thursday, 23 June 2011

Eternity

The Eternal Rest (or otherwise)

[kredit]

'Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasai mati.
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cubaan (yang sebenar-benarnya).
Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan'.
[Al-Anbiyaa': 35]

たけど死だように生きないでね

Wednesday, 22 June 2011

The 11th Hour

Hah, ni satu lagi post nak jadik trilogy ala-ala lodofdering wanna-be.

Post ini adalah sambungan dari post A warm death bed with strings of roses yang berkisar tentang detik kematian, yang merupakan kesinambungan dari post The Last Gift mengenai pengiring kematian.
Well, in short, these posts are all about death. Ada rasa slight tinge of depression while writing and pondering on these posts, tapi kematian itu memang pasti, and the depression is normal BUT should be turned on to the positive side. Tak ke?

Pernah dengar tak 'The 11th hour' ? Bukan, ni bukan documentary yang dihoskan oleh Mr Leonardo DiCaprio tu. Ini adalah movie singkat yang diterbitkan oleh Ash production dengan pelakon-pelakon yang unheard of, not even listed in grammy award. Sangat singkat, tak sampai setengah jam pon, diterbitkan pada tahun 2004. Hmm...masa tu masih sibuk bergelumangan dengan timur-pop, memang tak perasan langsung tentang mini film by Encik Samihaque and his DePaul Boyz nih.

[kredit]
A man who decides to change on the 12th hour dies on the 11th.

Kisah mengenai orang yang ingin berubah, dan berusaha untuk berubah, mencari tuhannya, sebelum ajal tiba. Sebelum the 11th hour.
[kredit]
Kita tahu kematian itu pasti, pasti akan datang, tetapi yang tak pasti tu bila, di mana, bagaimana, mengapa, dll...
Kita masih menanti-nanti Inche Malaikat Maut datang menjemput roh, entah bagaimana rupa dan perilaku beliau dalam menyikapi detik terakhir kita.
Bila langit dibuka, entah apa yang kita akan nampak, keindahan taman syurga atau kengerian api neraka.
Bila nyawa ditarik, entah kesakitan level berapa yang akan dirasa, level nabi? Level firaun? Akan sempatkah kita bersaksi mengenai apa yang kita imani selama ini? Akan mudahkah lidah menuturkan, atau kelu 1000 bahasa?
Bila nyawa sudah bebas dari tubuh, entah kemana destinasi akhirnya. Bersama bed of roses, atau herd of snakes?
Oh.

Itu persoalan bila ajal datang menjemput.
Persoalannya sekarang, dah ready ke nak jumpa Inche Ajal bin Maut tu? Huargh...
Ini persoalan apakah kita berusaha untuk ready untuk bertemu Inche Ajal.
Ini persoalan apakah kita mahu berubah sebelum datang Inche Ajal.
Ini persoalan apakah kita akan sempat berubah sebelum jumpa Inche Ajal.

A man who decides to change on the 12th hour dies on the 11th.

We never know, are we at the 9th hour? Or the 10th hour? Or 1 minute to the 11th hour?
Sempat ke?
Atau bila roh dah ditarik sebelum sampai ke halkum, sempat ke?

Kata Ahmad the Rebel,
You still got a lot of life ahead of you, man. Don't waste it doing the wrong things. And what's worse is ended up doing the wrong thing. ***
Memang ngam la mesej The 11th hour. Memang patut kita ingat mati setiap hari, dan kene buat persiapan cukup untuk hadapi kematian. Buat bekal nak jumpa tuhan. Kalau jam 12 baru nak buat bekal, jam 11 dah meninggal, jadikla fenomena mati berputih mata.***
Tak ke haru...
... but not at the 12th hour...[kredit]
Kata kuncinya : CHANGE
It's never too late. Tak percaya, boleh tanya Inche Pochong.
Pada kita saja, nak atau tak.
*Iye, terutama kepada cik puding karamel yang sedang menulis*

Selamat ber... [whatever that you wish to do]

P/S: Kepada sesiapa yang nak tonton the 11th hour boleh ke sini.
Kredit *** : novel 'Contengan Jalanan' by Hlovate

Tuesday, 21 June 2011

A warm death bed with strings of roses

[kredit]
"Excuse me ma'm, may I take your order please?"
"Oh yes, please. May I have a nice, warm death bed, with strings of roses?"
*Pandangan tak berkelip, penuh harapan*

Uih, mau kene hempuk kepala dengan menu berkulit keras dek waiter itu.
Atau, untuk mensadiskan keadaan, mungkin ada doktor di meja sebelah yang terdengar perbualan ini akan terus melakukan urgent referral ke teman sejawatnya yang dari Psychiatry department. Omo~~~

Pelik ke?
Tapi akhir-akhir ini, ayat tersebut sering menerjah kepala. Especially after previous post, mengenai kisah-kisah kematian.

Kematian. Death. Al-maut.

Tak tahu bila dia akan datang. Yang tahu, ajal dah ditulis, pena sudah diangkat, dan dakwat sudah mengering. Tapi bila? Dan bagaimana?
Err... boleh tak nak order death bed tu siap dengan timing dan cara penyediannya?
Nak mati dengan cara yang best, pada hari best, dalam position yang best.
Eh, banyak sungguh songeh.
Kalau nak penamatan yang best,  kena la jalani kehidupan yang terbest, mengikut objektif kehidupan yang Tuhan dah gariskan; beribadah dan menjadi khalifah.
Kalau yang itu tak jalan, susah der...

Banyak sungguh versi kematian dalam masyarakat ini. Yang anggun, yang comel, yang biasa, yang pilu, yang ngeri, uwaaa...
Espesyeli kalau kerja di hospital, akan disajikan dengan begitu banyak kisah kematian, dalam pelbagai jenis fesyen. Sewajarnya mendatangkan keinsafan, tetapi bila dilihat saban hari, macam hilang feeling pulak. Isk, problem, kena cek balik tang mana silap. Something wrong somewhere, samada
kuch kuch hotak hang ~ something wrong in your head, or
kuch kuch hati hang ~ something wrong in your liver. Erk...

Teringat kisah yang paling ngeri sewaktu bertugas di Red Zone Casualty, datang pesakit lelaki yang hampir putus kepala, diiringi seorang lagi yang tak kurang parahnya. Rupa-rupanya kes amok seorang suami (kaum pendatang) yang menyaksikan isterinya bergembira dengan beberapa orang kenalan lelakinya. Pesakit itu tak dapat diselamatkan, dan dikisahkan daripada staff MA yang menjemput pesakit dari scene, mayat si isteri bergelimpangan bersama mayat-mayat lelaki lain dalam keadaan bogel. Dan untuk mensensasikan lagi keadaan, mayat wanita itu betul-betul di pintu dan staf MA  terpaksa melangkah mayat tersebut untuk menyelamatkan mangsa yang masih hidup.
Apa yang terlintas di fikiranku waktu itu bukanlah, 'Eh, jenayah berat ni', atau 'Hah, tu la main-main lagi', tapi, 'Macamana wanita tu menghadap tuhannya dalam keadaan itu? Tampak hina di mata manusia, belum lagi di mata pencipta'. Datang ketakutan ngeri, apakah saya mungkin mendapat penutupan begitu juga? Oh.

Teringat sebuah lagi kisah, semasa seorang adik 18 tahun batuk darah tak berhenti-henti di wad, dan terpaksa diintubasi kerana ketidakstabilan kondisinya dari banyak segi, dan sebelum proses itu dijalankan, dia memandang saya dengan mata yang ketakutan, 'Kak, saya tak kan apa-apa ke? saya akan mati ke?' Saya hanya mampu menjawab 'Dik, jangan risau, percayalah, kami akan cuba selamatkan adik'. Lame line, tapi perlu untuk menenangkan dia sebelum diintubasi. Dan dia deteriorate dan menemui tuhan. Dalam keadaan hectic CPR itu, kami cuba talkin di telinganya. Sempatkah dia bersyahadah?

Teringat pula kisah ibu seorang staf nurse di hospital yang saya tangani bersama sahabat houseman (ketika itu) dan boss. Dia sudah sangat semput, dan terpaksa ditidurkan untuk proses intubasi, dengan risiko 50-50. Untung, staf nurse sangat memahami, dan menjelaskan kepada ibunya, "Mak, mereka nak tidurkan mak, sebab nak masukkan tiub ke saluran pernafasan mak. Mak mengucap ye'. Dalam keadaan semput itu, ibu staf nurse itu mengucap sepatah-sepatah dan proses intubasi dijalankan. Tetapi, tekanan darahnya makin menurun, dan nadinya makin lemah, sehingga akhirnya, dia menghadap penciptanya. Kami semua meneruskan kerja dalam diam, masih terkedu dengan takdir ilahi, sehingga rakan saya membuka mulutnya, 'Best kan makcik tu, sempat mengucap sebelum mati'. Saya hanya mampu mengangguk, dan kembali diam.

Kisah ngeri, kisah biasa, kisah baik.
Kalaulah diberikan peluang untuk memilih, ingin sekali saya join pemergian pakcik ni dalam kisah indah, tempat yang indah, posisi terindah, pada hari jumaat yang indah.
If only...


They say, the way you die is the way you live. You live to die. Your art of living will determine your art of dying.
Setiap insan pasti akan merasai mati.
Cukuplah mati menjadi peringatan.
Dunia ini hanya ladang, dan tempat manuai adalah di akhirat.

But, please don't live like the dead ~ Shinda you ni iki nai de ~

[kredit]

"Indeed, I certainly insist on my warm death bed of roses. That will be all. Thank you".

Disclaimer: A warm death bed with string of roses is a symbolic term.

Monday, 20 June 2011

The Last Gift

Kisah 1
Pakcik grumpy. Memang tu panggilan semua orang kepada lelaki melayu berusia 60an yang menghuni wad kelas 1 medical department itu.
Dah la grumpy, suka menyuruh-nyuruh pulak. Apatah lagi kepada saya yang bergelar kuli ni. Sememangnya dia sangat jauh daripada menyandang gelaran patient feveret di kalangan staf.
Tetapi kerja tetap kerja, dan adalah kerja saya mem-follow up dia setiap hari. Setiap kali nak follow up dia pagi-pagi, samada kena marah,
Doktor,jangan kacau pakcik! Pakcik nak tido.
atau disuruh-suruh,
Doktor, tarik selimut pakcik! Pakcik sejuk.
dan merengus seraya menutup matanya seolah-olah saya memang tak wujud di situ. Well, memang pakcik ni agak rabun, so memang gemar menutup mata all the time.
[kredit]
Terasa geram kerana perbuatannya begitu menyebabkan saya harus lama di situ, sedangkan patient lain masih ramai yang perlu difollow up. Apapun kerja tetap kene jalan, dia patient saya, tanggungjawab saya, dan sebab yang lebih utama, nanti kene marah dengan boss, hehe...
Walaupon pakcik ni grumpy, dengan garis mulut melengkung ke bawah, saya tetap merasa hiba setiap kali melihat dia terbaring di wad berekon itu keseorangan. Hanya sekali sekala datang isterinya menemani, dan lebih jarang lagi kelihatan anak-anaknya disisi. Kasihan...

Sehingga satu hari yang memang indah, sewaktu ward round, seperti biasa dia menyuruh-nyuruh,
Doktor, tarik selimut pakcik!
dan dengan tensyen tahap dewa, saya menarik selimut dia. Tiba-tiba, dia tersenyum sambil mata terpejam, dan berkata dengan nada suara yang tak pernah saya dengar sebelum itu,
Doktor ni baiklah dengan pakcik.
sampai malu alah pulak dibuatnya, nasib baik pakcik tak nampak muka ketat yang terus bertukar menjadi tersipu-sipu. The simple words brought a warm smile to my face, thus magically transformed my day into one of those unforgettable one.

The next day, semasa round dengan consultant, tiba-tiba staff nurse panggil, mengatakan pakcik collapse dalam bilik air. Kami berlari ke bilik pakcik dan terus melakukan CPR, untuk 30 minit, tetapi gagal untuk revive pakcik. Setelah consultant saya keluar dari bilik itu, saya mendekati pakcik dan memegang tangan kanannya buat kali terakhir. Mata yang memang sedia berkaca-kaca semasa saya berusaha melakukan chest compression tadi tumpah saat itu, terngiang-ngiang kata-katanya semalam di telinga saya. Air mata dikesat, dan saya berlari mengejar consultant saya untuk meneruskan ward round.
*Al-fatihah untuk pakcik grumpy senyum*

Kisah 2
Kisah ini menganai pakcik india dalam usia 60an juga di 'Cardiac Rehabilitation Ward', yang dengan sangat kooperatif dan ceria semasa morning ward round. Pada suatu hari, dia meminta,
Doctor, please buy for me tiger balm will you? You may take the note in my drawer.
Saya tersenyum, dan berkata,
Ok, uncle.
dan mengorek laci di sebelahnya, tetapi tidak menjumpai apa-apa not wang ringgit. Dia tampak kecewa, tapi saya insist on buying. Tak kisah pon, tiger balm berapa la sangat.

Tetapi hari itu saya sangat sibuk, nak makan pun tak sempat, dan kemudian terus balik rumah. Dan kemudian esoknya pulak tergesa-gesa ke ward untuk mulakan morning ward round sampai tak sempat singgah di mini mart. Pakcik kelihatan hampa bila tiger balm yang dijanjikan tidak kunjung tiba. Dan kesibukan hari tersebut tidak membenarkan saya turun untuk membeli tiger balm.

Keesokan harinya saya memaksa diri untuk menyempat-nyempatkan singgah di mini mart untuk membeli tiger balm. Akhirnya, sambil tersenyum puas saya berkejar ke CRW untuk menyerahkan tiger balm kepada pakcik. Alangkah terperanjatnya saya bila melihat pakcik sangat semput dengan bantuan pernafasan CPAP,

CPAP [kredit]
saya bergegas menghampirinya, dengan pandangan simpati, saya menyerahkan tiger balm itu.
Pakcik, this is the tiger balm you wanted.
Pakcik mengambil tiger balm itu dan mengangkat tangan, a thank you gesture, tanpa mampu bersuara, tampak tersiksa dengan kesemputannya. Seluruh badannya basah bermandikan keringat. Tidak lama selepas itu, pakcik mula deteriorate, CPR dilakukan, however failed to revive pakcik. Perasaan saya begitu bercampur baur, mengenangkan permintaan terakhir pakcik. Dengan mata yang berkaca-kaca, pandangan saya jatuh pada tiger balm yang masih belum dibuka, still beside the body, before going back to work.

*****

Dua kisah ini adalah antara kisah-kisah zaman housemanship yang saya ceritakan dalam 'H.O. jamming session' semalam. Masih larut dalam nostalgia masa lalu gayanya.

Kita tidak akan pernah tahu bila seseorang itu akan pergi.
Kita tidak akan pernah tahu apa perasaan dia sebelum pergi.
Tetapi alangkah indah, seandainya, ada kebaikan kecil yang kita lakukan, menjadi pengiring pemergiannya.

[kredit]
Sabda Rasulullah:
Janganlah sekali-kali engkau meremehkan kebaikan, walaupun sekadar bertemu saudaramu dengan wajah yang ceria [Riw Muslim]
Wallau 'alam.
Note: CPR- Cardiopulmonary Resuscitation, a.k.a bantuan pernafasan dan penekanan dada (jantung)

Sunday, 19 June 2011

H.O. jamming session

Baru saja pulang dari 'H.O. jamming session' di Lake Titiwangsa yang sangat happening pada hari ahad petang.
House officer jamming session ini adalah sesi talk untuk meng-jam-kan bakal-bakal houseman (doktor pelatih) sebagai preparation untuk mereka menempuh alam housemanship. Bukanlah jamming dengan gitar, tetapi sesi talk bakar-membakar sehingga hangus. Dan yang rentung adalah saya sendiri, si speaker.
Pada asalnya niat di hati sangatlah berbunga-bunga untuk berkongsi pengalaman housemanship dengan adik-adik, terasa sangatlah bersemangat, berbekalkan kata-kata 'erti hidup pada memberi'.
Tapi ternyata, nak meluahkan kembali kisah-kisah lama zaman housemanship (July 2008- Aug 2010) tak lah semudah menelan bubur bayi, bahkan jauh lebih sukar dari yang saya bayangkan. Bila ada kisah indah yang boleh dikongsi, ada juga lah kisah sedih yang timbul kembali. Termasuklah dosa-dosa silam yang dah dikuburkan dalam-dalam.

[kredit]
Keadaan waktu itu persis seperti lirik lagu 'Silap Lalu' by 5forty2,

Kesalahan satu fitrah benda yang lumrah
Pagi takkan slalu gelap pasti akan cerah
Jalanan berliku tak mungkin semua indah
Namun yang dah lepas, biarkan jadi sejarah
Yang penting insafi terus pandang ke depan
Muhasabah diri, yang lain serah pada tuhan
Bila parut lama berdarah kembali, hati mula berkata, 
Kalau aku dapat putarkan, segala waktu
Pasti aku akan kembali, ke masa lalu
Kalau aku dapat padamkan, dosa-dosaku
Pasti aku takkan ulangi, kealpaanku


[kredit]
Apakah mungkin... Kerana dalam bidang ini, tidak ada peluang kedua.
Dua jalan terbentang, pilihlah satu saje
Setapak melangkah tiada lagi peluang kedua



Adik-adik...

kebaikan macam mana yang harus kita lakukan?
kebaikan macam mana yang harus kita jalankan?
[kredit]
Jangan diulangi kesilapan yang lalu. Yang baik jadikan tauladan, yang buruk jadikan sempadan. Semoga menjadi houseman yang baik, Insya Allah. 

Saturday, 18 June 2011

RIKA ~ the fighter ~

Rika kept on fighting the battle she’s in, there were her ups and downs, but she never surrendered. She continued to fight on...
Rika fought her disease.
PTB, and was treated with anti TB for 1 and half years of compliancy to medication.  Susah tu. I myself couldn’t have done that.She never defaulted her follow up, no matter how ‘forever’ the que takes for her to see the doctor. Boring-boring menunggu dia akan mengajak saya untuk berjumpa.
Rika fought with her inner self to change, for the better.
Yes, all alone, without support. Occasionally the pessimist me will be there, but rarely, not all the time. The moment she first wore tudung, it lasted for only 3 days, sebelum dia balik free hair. She had always been proud with her long, straight hair. Memang lawa, I must say. Malah pernah ditawarkan menjadi model iklan. But the struggle continued. And the tudung took it’s rightful place.
Rika fought in SPM 2010.
She finally managed to sit for her SPM after years of planning and few times changing the papers that she intended to sit. She fought without  a condusive environment of learning, no proper teacher, no desk and bench in a proper classroom, no classmate nor study partner, juggling time between study and work, with extra matters in her hand; family problem, financial problem, social problem, working problem, and occasional misunderstanding with her fiance, Encik Q.
However, she gave her best shot, with all her might. And 2011 witnessed her utmost success in SPM despite of her difficult situation, for she scored 7A 3C. Marvellous, even I couldn’t have gone that far I guess, if I were in her shoes.
Rika fought for her sheer happiness.
She finally tied the knot dengan penuh ke-sah-an dan kehalalan with her fiance in March 2011. The wedding that she had longed for so long, for the love that she had always been seeking, for the lost warmth since the age of 15. She apppeared so blessed and happy in the photos that I saw in FB (tak pernah lagi jumpa lepas dia kawen)
Rika fought her social problem (regarding family and friends).
Having a materially demanding family (mak minta flat screen tv dll, hutang belum habis bayar), with a husband who has no steady work (Encik Q baru saja pindah ke kerja baru) nor steady income, with the expensive daily expenses in key ell, she faced work tirelessly, with occasional overtime.
Having a close friend who attempted suicide, and another friend with unwanted pregnancy, she played an optimised role as a friend, regardless how awkward her own situation may seem when she tried to play the ‘ustazah’. (Ye la, asal cakap bende baik, kompem kene cop ustazah, and I the labelling thing on her FB wall). However, she is no pessimist. Yes. Unlike me.
She started writing some tazkirah on her FB wall, dengan gaya super slamber. Which often brought smile to my face.
Rika fought for the ultimate, the god.
“Kak, saya nak belajar baca Quran”. One day, came the timid request, which brought shame to my face. The request came when I asked her regarding her prayers, and she told me, ‘solat OK, tapi baca quran tak lancar’.
Uwaah… lambatnya saya pick up. Her words and actions had clearly stated her wanting to change. As soon as mi megi sedap dimasak senang dimakan, I contacted my ‘kakak’ in Kuala Lumpur to arrange for someone to ‘care’ for Rika, as in bulatan gumbira la. Even though I am quite close to her, but technically, being far, far away doesn’t warrant my ability to properly ‘care’ for her. Limited maa. After all, what are jemaah for if I intend to play the solo heroine? Hehe…
Rika fought, and fought.
A wonderful fighter. An excellent warrior. And she continued fighting the battle.
Yet, the problems appeared to multiply.
To the extend she called and cried, ‘Kenapa Allah asyik uji saya?’
-to be con’t-

Hidup adalah oncall

Iya. Hidup adalah oncall.
Setiap hari adalah oncall.
25 jam sehari dan 8 hari seminggu (konon extensive sangat ler oncall nye...)
[kredit]
Jangan terhadkan skop kita hanya pada profession, yang oncall hanyalah doktor, polis, bomba, pakcik tukang servis kereta,ataupon prostitutes.
Oncall is applied to everyone, and it goes much beyond.

Profession.
Doktor, hujung minggu ni pergi kursus jantung sabtu ahad ya.
OK
Doktor, minggu depan ada brestfeeding course 3 hari, selasa sampai kamis, doktor jadi speaker ye.
OK
Doktor, minggu depan Jumaat ada ceramah HIV di PLKN, kena buat aktiviti macam-macan tu.
OK
Semua info datang 6 hari sebelum aktiviti, dan mau tak mau kena jalankan jugak. Ekceli, 6 hari cukup untuk prepare, tapi kalau dah berderet sabtu ahad selasa rabu kamis jumaat tu, tak ke kelam kabut? Tapi hidup ini adalah oncall, redah je.
Lebih horor, oncall yang memang betul-betul oncall masa housemanship days.
Weh, kawan ni sakit. Kejap lagi oncall dengan saya ye...Orang lain semua tak boleh.
Errr.... O-----K-----
[kredit]

*penuh tak rela,ye la, nak oncall kene prepare mental sehari semalaman kot*
Paling habis horor adalah oncall jenis back to back. Bukan 33 jam, tapi 57 jam!!!sabtu full-ahad full-isnin ofis hour.
Macamana ni...member ni tetibe MC sakit mata pulak. Semua tak mahu ganti. Tak kan I nak oncall sorang-sorang...
*GULP* O~~~ K~~~~
[kredit]
Ahad malamnye tu memang saya flat semasa oncall... Nasib baik partner saya memahami, bahawasanya saya ni bukanlah robot.

Femili
Kalau oncall yang dekat-dekat tu tak apa.
Mak (nenek sbenonye, tapi dipanggil mak) nak pi tengok abang long masuk spital. Mai hantaq mak sat.
Iya lah mak.
Yang sedikit haru adalah apabila baru je seminggu balik kembali ke Sabah, sekali ayah telefon.
Mama nak kena operation bulan depan. Kalau boleh balik la ya...
Oh, mesti la kakak balik.
Iya, memang itu notis 3 minggu awal, tak ada masalah. tapi masalahnya adalah pada tiket kapetebang yang dah makin mencanak-canak naik... Dan semasa menjaga mama, tetiba doktor discajkan dia sehari lebih lambat dari jangkaan. Dan tiket balik burn dengan jayanya. Dan partisipasi ke kem kesihatan yang dijadualkan di Sabah pon terpaksa dibatalkan. Demi mama, no hal. Hidup adalah oncall.

Jemaah, a.k.a. NGO
Akak, hujung minggu ni bagi motivasi ye. Bahan menyusul tetengah minggu nanti.
OK
Maka tercetuslah dilema si pesimis seperti di post Bila si pesimis dikehendaki bersuara .
Esok tolong escort makcik ke mukhayyam. Makcik risau la tak ada orang tua di sana tengok budak-budak tu.
Baiklah makcik *dalam hati, uhh, ranap plan hujung minggu T_T*
Sekolah dan Kawan
Yang ni tak payah elaborate kot, semua orang pon paham sangat kan....homework turun dari langit, kawan menyita masa dengan curahan masalah atau ajak teman kemana-mana, biasak lah tu kan.
Hak mereka pon tak boleh diabaikan.

Buat baik sesama manusia, tuhan akan buat baik kepada kita.
Bak kata lagu Sami Yusuf berjudul 'Healing'
Heal and you will be healed, Break every border
Give and you will receive, اIt’s Nature’s order


Dan juga kerana berbekalkan semangat 'Infiruu...' [At-Taubah:41]

 Berangkatlah kamu baikdengan rasa ringan maupun dengan rasa berat...
Tapi, oncall yang paling kerap fail adalah, dengan tuhan sendiri. Berapa kali jek berjaya bangun tahajud seminggu? Huhu...cemana ni?

-maap,pos kali ini agak panjang untuk membalas dendam akibat tak dapat blogging seminggu-

Monday, 13 June 2011

Kanak-kanak...malu?

Semasa program riang ria untuk kanak-kanak...
Mereka dikehendaki menghafal dan memahami hadis ini, which they did brilliantly...


...Bagaimana dengan kita yang lebih 'dewasa' dan 'makan garam' ?
Tentunya dah amalkan sampai mendarah daging?
Peace

Sunday, 12 June 2011

Yang mabuk dan memabukkan

*pening...*
*mabuk...*
*juling....eh...tak,tak!*
[kredit]
Akibat penangan kursus 10 jam X 2 pada hari sabtu dan ahad yang berbahagia. Di saat mereka berguling-guling bersama bantal guling, di saat mereka makang anging bersama keluarga, di saat...(ape-ape yang korang buat la pada wiken nih)... adapon saya dan teman-teman diharuskan mengkelepekkan diri di atas kerusi dengan penuh patuh, dari sebelum jam 8 pagi, sampai jam 6 petang...dan memasang telinga dengan senggukan-senggukan syahdu, bajet kusyuk la kononnye...

Tapi, mabuk tau...

Demimu, 'Cardiology Update & ECG Course' yang julung kali diadakan di negeri bawah bayu nih, dengan dihadiri jemputan khas dari semenanjung dan Brunei untuk berkongsi ilmu, mengenai segala-galanya tentang jantung...
Dari ghope jantung, ke bunyi jantung, ke rakaman lagu jantung (read: ECG-electrocardiogram), ke pembiusan jantung, ke penyakit-penyakit jantung yang beribu jenis; detak tak sekata, detak terlalu laju, detak terlalu pelahan, detak terputus-putus, jantung lemah, jantung sesak oksigen, jantung yang tak dapat langsung oksigen sehinnga sebahagian kawasan diisytiharkan mati, jantung berdetak aneh walaupon tak ada penyakit jantung, pintu-pintu jantung yang bermasalah dsb, teknologi jantung terbaru seperti teknik foto, LASER, dan juga teknik terbaru untuk mengambil gambar jantung (CT angio dan MR), serta yang paling penting, cara menanganinya...

*Mabuk lagi...*

...dan tak cukup dengan itu, disudahi dengan, quiz jantung ria...
*Muntah Pelangi*[kredit]
Tetapi syukur, Allah lebih tahu diri ini.
Daripada saya tebaring terkelepek di rumah tak tentu hala...baikla saya dok bertapa dalam dewan tu selama 20 jam. Sampai jadi flat bottom. Tak dapat banyak, dapatla sikit. Tak dapat sikit, dapat la satu. Tak dapat satu, dapat makan free cukupla...

Dan cakap pasal mabuk, tahukah anda bahawa...
Malaysia merupakan konsumer alkohol ke10 terbesar dunia?
Syabas.... Bravo...
Bak kata doktor dari IJN tadi, dalam lecture beliau, Malaysia yang penduduk kampung (rural) sebanyak 45%, dengan setengah daripada rakyat beagama Islam, dengan keluasan negara kecil berbanding negara gergasi lain, mampu menjadi Top 10. Muantap choyy...
[kredit]
Islam kata : Arak ibu maksiat
Doktor kata : Arak ibu penyakit
Jalan Raya kata : Don't drink and drive
Logik kata : Arak buang duit haram apa pon tak dapat
Arak kata : nak minum sangat, tunggu kat syurga la beb...

Kalau mereka tak reti-reti mabuk minum arak 10 botol , saya diisytiharkan mabuk sebab kursus jantung 20 jam.
Sekian
*Mabuk terus*